Pro-Kontra Tes Kepribadian

5 Min Read

Salah satu tes kepribadian yang paling populer di internet adalah MBTI. Sudah banyak pakar psikologi yang meragukan tes ini. Namun popularitasnya cukup untuk menutupi ketidakakuratan tes tersebut.

Artikel ini merupakan pemutakhiran dari artikel Pro-Kontra Tes Kepribadian oleh Lazuardi Muhammad Azizi yang pertama kali dipublikasikan pada 29 Juli 2021.

Pro-Kontra Tes Kepribadian
Gambar oleh aboveeidea

Manusia diciptakan beragam dan berbeda-beda, mulai dari golongan darah, warna kulit, bentuk rambut, sampai sidik jari dua saudara kandung pun berbeda. Tak terkecuali sifat dan kepribadian. Sudah banyak riset dan penelitian mengenai kepribadian manusia yang unik ini. Hingga akhirnya lahirlah ilmu psikologi yang fokus mempelajari  lebih dalam mengenai mental, pikiran, dan perilaku manusia.

Ilmu psikologi ternyata sudah ada sejak masa Yunani Kuno, berakar dari ilmu filsafat yang dimulai sejak zaman Aristoteles. Zaman dahulu, ilmu psikologi ini belum diakui secara resmi karena rumit dan tidak stabilnya perilaku manusia. Hingga tahun 1879, Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia yang terletak di Universitas Leipzig, Jerman. Bersamaan dengan itu ilmu psikologi telah memenuhi syarat menjadi sebuah ilmu pengetahuan.

Pada zaman modern ini, kita dapat mudah mengetahui kepribadian dan perilaku orang lain dengan beberapa tes psikologi atau yang sering kita sebut sebagai psikotes. Dan salah satu psikotes yang paling populer dikalangan masyarakat modern adalah Myers – Briggs Type Indicator” disingkat “MBTI”.

Ditemukan Sejak PD 2

Psikotees MBTI ini dikembangkan oleh Katherine Cook Briggs dan putrinya, Isabel Briggs Myers sejak Perang Dunia II. Alasannya, mereka percaya dengan adanya ilmu tentang kepribadian manusia, perempuan dapat terbantu untuk bisa memasuki dunia kerja, khususnya di bidang industri.

Metode MBTI ini didasarkan oleh teori tipologi yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung dalam bukunya “Psychological Type” diterbitkan tauhn 1921. Carl Jung berteori bahwa ada empat psikologi utama manusia yang digunakan dalam menjalani aktivitas kehidupan, antara lain: sensasi, intuisi, perasaan, dan pemikiran.

Hingga akhirnya, setelah beberapa pengembangan, ibu dan anak tersebut mempublikasikan tes MBTI ini pada tahun 1962.

Seberapa Akurat Tes Ini?

Masyarakat modern ini banyak sekali yang menggunakan psikotes-psikotes untuk lebih mengenal dirinya dan sekitar 1,5 juta orang mengikuti psikotes MBTI ini tiap tahunnya. Tes ini juga sering digunakan untuk pendaftaran sebuah instusi atau perusahaan. Karena banyak digunakan, psikotes ini tak lepas dari kritik para psikolog zaman modern yang menganggap tes ini tidaklah akurat.

Psikotes MBTI ini bukan menghasilkan benar atau salah, bahkan terkesan netral. Hasil tes ini lebih menunjukkan apa yang sebenarnya kita sukai, tidak suka, kekuatan, kelemahan, cara membuat keputusan hingga pekerjaan yang cocok untuk kepribadian tertentu.

Mengetahui hasil tes MBTI bagi orang awam adalah hal yang menyenangkan karena terungkap sudah rahasia tentang dirinya sendiri yang selama ini tidak diketahuinya. Namun untuk beberapa ahli, tes ini cukup meragukan. Pasalnya sebuah tes kepribadian tidak bisa jadi patokan formal untuk menilai seseorang.

Terkadang seseorang mudah sekali tersugesti dengan hasil MBTI dan dengan mudahnya memplokamirkan diri bahwa dia adalah hasil tes tersebut. Namun dalam beberapa kasus, terkadang dengan mencoba dua kali tes MBTI saja hasilnya bisa berbeda. Jadi cukup membingungkan untuk menetapkan bahwa hasil tes MBTI ini benar-benar mencerminkan kepribadian seseorang.

Para ahli psikologi berpendapat, ada empat aspek yang harus dicapai agar suatu alat ukur dalam bidang psikologi dapat digunakan, yaitu: dapat dipercaya, akurat, independent atau netral, dan secara menyeluruh. Psikotes MBTI ini belum memenuhi standar tadi dan di sisi lain sudah ada psikotes lain yang sudah memenuhi kriteria ini, yaitu psikotes “The Big Five”.

Namun sampai saat ini, lembaga resmi MBTI bersikukuh bahwa metode psikotes ini sudah akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Mereka berpendapat bahwa perbedaan hasil tes hanya terjadi pada beberapa kelompok tertentu saja.

Dan perlu diingat bahwa segala hasil tes psikologi tidak bisa dijadikan patokan utama penilaian terhadap seseorang. Hal ini tentu karena sifat manusia yang cenderung dinamis.


Share This Article