Kesadaran akan isu-isu perempuan semakin progresif dari tahun ke tahun. Perlu kita ketahui, bahwa isu perempuan sangat kompleks dan kasuistis–tiap kasus berbeda karakteristiknya. Di Hari Perempuan Internasional ini, Kupasan mengupas bagaimana isu perempuan di Jember dilihat dan ditangani. Penyintas Menjadi Paralegal dalam Kupasan serial #PerempuanHebat.
aboveeidea in collaboration with Fitriyah Fajarwati, Gerakan Peduli Perempuan Jember dan Kepala LBH Jentera Perempuan Indonesia.

Konstruksi sosial yang terbangun di masyarakat yang membesarkan kita selama ini, menempatkan perempuan dan laki-laki pada kondisi yang timpang. Perempuan masih dipandang subordinat dari laki-laki sehingga kedudukan, fungsi dan peran perempuan seakan-akan berada pada kondisi yang lebih rendah dari laki-laki. Kondisi inilah yang sering mengakibatkan ketidakadilan gender. Perempuan memiliki keterbatasan dalam mengakses pendidikan, perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan.
Kondisi tersebut ditemui di Kabupaten Jember, hal ini ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Angka perkawinan anak tinggi, berdasarkan data dari Pengadilan Agama Jember menyebutkan pada tahun 2023, sebanyak 1.362 orang yang mengajukan dispensasi kawin atau kawin yang belum cukup umur. Di sisi lain angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jember juga tinggi. Berdasarkan data Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlinduangan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Jember, angka kekerasan terhadap perempuan anak sebanyak 348 kasus yang terjadi selama tahun 2023.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk pencegahan dan penanganan masalah tersebut terus dilakukan. Salah satunya oleh Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember yang berdiri sejak tahun 2000, lahir untuk memberikan ruang pastisipasi perempuan sebagai upaya mendorong perempuan menjadi pemimpin, melakukan pemberdayaan ekonomi melalui komunitas “Pasar Kita” serta advokasi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jentera Perempuan Indonesia.
GPP Jember melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka meningkatkan kapasitas perempuan untuk lebih percaya diri menjadi pemimpin. Perempuan pemimpin adalah perempuan yang mempunyai kecakapan dan kemauan untuk terlibat optimal dan berdampak dalam penegakan hak-hak perempuan maupun dalam kehidupan secara umum. GPP Jember mengembangkan kepekaan, kepedulian, kemauan, keberanian dan kesigapan perempuan dalam memperjuangkan hak perempuan.
Puji Lestari (32 tahun), seorang penyintas kekerasan dalam rumah tangga. Menjadi korban KDRT dan dua kali bercerai membuat ia dirundung dengan cercaan dan prasangka buruk oleh para tetangganya. Saat ini ia bergabung menjadi paralegal di LBH Jentera Perempuan Indonesia untuk mendampingi para perempuan korban KDRT serta kekerasan lain yang dialami perempuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh, tempat rujukan bagi masyarakat di lingkungannya, kerap membantu perempuan yang mengalami kesulitan layanan kesehatan. Mendampingi perempuan penderita kanker servik mendapatkan layanan kesehatan secara gratis, serta mendampingi perempuan penderita kista stadium lanjut. Lestari juga menjadi relawan tim publikasi GPP Jember untuk mengkampanyekan pentingnya kesehatan reproduksi bagi perempuan.
Aliyah (32 tahun), seorang penyintas kekerasan dalam rumah tangga. Ia dengan berani mengungkap kekerasan seksual yang dilakukan oleh suaminya, seorang kyai terhadap para santrinya. Kasusnya yang ia ungkap viral, sehingga tidak jarang ia mendapatkan ancaman selama kasus berlangsung. Kini suaminya mendekam di penjara karena terbukti melakukan kekerasan seksual. Keberaniannya diapresiasi banyak pihak, termasuk oleh Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), yang beberapa waktu lalu kunjungan kerja ke Jember. Karena kasus ini pula, kemudian dia terketuk untuk menjadi paralegal di LBH Jentera Perempuan Indonesia, mendampingi korban kekerasan seksual yang terjadi di lingkungannya.
Perlu diketahui bahwa para pihak di atas adalah orang-orang yang mendapatkan pendampingan dari GPP Jember melalui LBH Jentera Perempuan Indonesia. Melalui program-program tersebut, para korban kekerasan pun dapat memantapkan hati untuk bangkit melawan stigma, memberi ketegasan bahwa perempuan punya hak yang sama dengan laki-laki.
“Kehidupan perempuan akan bergulir seiring waktu. Sakit, trauma dan keterbatasan membutuhkan tekat dan kesempatan agar jiwa juang mekar kembali. Setiap perempuan bahkan yang pernah terpuruk sekalipun bisa menjadi pemimpin yang membawa dampak perubahan. Tanggung jawab kita bersama untuk selalu membuka peluang yang akses bagi semua perempuan. Kita bangun kehidupan yang lebih baik, hingga tak seorang pun tertinggal di belakang” Ucap Sri Sulistiyani, Direktur GPP Jember.
Temukan cerita yang jarang didengar, analisis mendalam atas suatu isu, atau kritik tajam yang dikemas dalam serial di Kupasan. Bersama partner dan kolaborator, aboveeidea akan me-ngu-pas detil-detil yang vital melalui Kupasan.